INILAHCOM,
Jakarta - Tokoh masyarakat dan ketua adat se-Bali, Kamis (5/3) kemarin
menggelar sembahyang di lima Pura demi mendukung Revitalisasi Teluk
Benoa. Hal itu dilakukan dalam rangka memohon petunjuk pada yang maha
kuasa agar rencana revitalisasi diberi kemudahan.
"Sebanyak 120
orang perwakilan tokoh adat dari seluruh daerah di Bali, dari Jemprana,
Tabanan, Gianyar, Karang Asem, Singaraja dan lain-lain sembahyang kepada
Tuhan di 5 Pura. Kami meminta kepada Tuhan agar Revitalisasi Teluk Benoa
segera terrealisasi," ujar Tokoh masyarakat Tanjung Benoa, Kabupaten
Badung, Ranten saat dihubungi, Jumat (6/3/2015).
Menurutnya,
meski pembangunan tersebut sudah direncanakan, namun hal itu tetap harus
petunjuk sang pencipta. Sehingga dilakukan sembahyang diharapkan agar
pemerintah tidak lagi menunda-nunda realisasi revitalisasi Teluk Benoa.
"Segera
saja laksanakan lewat PT Tirta Wahana Bali Internasional (TWBI) biar
cepat selesai, masak sudah dua tahun ini belum juga dimulai," katanya.
Ranten
mengatakan, ia bersama 3 juta masyarakat Bali mengaku siap mengawal dan
menjamin keamanan pelaksanaan proyek Revitalisasi Teluk Benoa.
"Pemerintah
tidak perlu khawatir dengan aksi demo segelintir masyarakat yang
menolak. Demo itu sudah lewat, masak orang demo cuma 4 orang," katanya.
Tokoh
masyarakat Bali lainnya, Made Derik mengatakan, Revitalisasi Teluk
Benoa merupakan program yang bagus. Bukan hanya bagi masyarakat Bali
saat ini, tapi juga generasi mendatang.
"Bukan hanya bagi kita
sekarang ini manfaatnya, tapi juga anak cucu kita nanti. Secara langsung
akan membuka lapangan kerja baru dan penyerapan tenaga kerja masyarakat
Bali," katanya.
Made mengaku, anggotanya yang tersebar disemua
kabupaten di Bali hingga sekarang turun langsung ke lapangan. Mereka
terus mensosialisasikan rencana revitalisasi tersebut.
Sebelumnya,
pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 51/2014 yang
membolehkan dilakukan revitalisasi di Teluk Benoa. Dari luas perairan
Teluk Benoa yang seluas +/- 1400 hektare, area yang akan direklamasi
seluas 700 hektare (50 persen), dan hanya 400 hektare (28,5 persen) yang
akan dikembangkan sebagai pusat-pusat wisata yang baru.
Sisanya
seluas 300 hektare beserta peraira Teluk Benoa akan didedikasikan untuk
ruang terbuka hijau dan fasilitas sosial serta fasilitas umum (fasos
fasum). Studi kelayakan bersama yang dilakukan IPB, ITB, UGM, ITS dan
Unhas juga menghasilkan kesimpulan, kawasan Teluk Benoa dapat
direvitalisasi.[ris]
No comments:
Post a Comment